Ibu Rumah Tangga

Resignnya Yanty akan membuat total pendapatan bulanan kami turun sepertiganya. Hanya saja pengeluaran kami untuk biaya pengasuh anak dan les akan menghilang, dan porsinya cukup besar juga. Setelah kalkulator berbicara, dengan (benar-benar) berhemat, periode ini kami berempat bisa hidup hanya dengan pendapatan saya saat ini, bisa nabung juga malah walau porsinya tak memenuhi kriteria financial planner manapun.
Tapi yang di atas itu baru cashflow, belum medical reimbursement. Soal yang satu ini fasilitas dari kantor Yanty memang jauh di atas rata-rata. Kami pernah menggunakan manfaatnya saat saya terkena Hepatitis dan kudu opname seminggu di rumah sakit. Belasan juta melayang kalau saja tidak tercover oleh asuransi di kantor Yanty. Begitu pula saat operasi kecil yang dilakukan Yanty setelahnya, dan berkali-kali untuk anak-anak.
Dua paragraf di atas baru urusan finansial. Soal mental, siapkah? Yanty dengan entengnya menjawab, “enak kok di rumah” jiaaa…!!! Malah saya yang jiper. Sudah lebih dari seminggu saya berangkat dan pulang kantor sendirian. Rasanya ada yang hilang. Siapkah saya punya istri seorang ibu rumah tangga?
*baru wacana, kalau minggu depan ga dapat pembantu juga, wacana ini mungkin jadi kenyataan, doh…*

1 thought on “Ibu Rumah Tangga”

  1. Setuju! !!!!!!
    Anak yang diasuh mama dan anak yg diasuh pembantu beda banget hasilnya
    Tapi Yanti tetep bisa eksis kok. Tapi dari rumah saja. Jadi bisa awasin anak2 but still able to support suami. Ya kan?
    Seperti yang aku lakukan….. Ibu rumah tangga tapi berpenghasilan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Scroll to Top