Book Review: Twilight


Untung saya baru saja menyelesaikan buku di atas. kalau tidak, pikiran saya akan terjejali dengan sisa-sisa pertemuan Sabtu kemarin. Stephanie’s writing DOES touch my romantic side.
Menggambarkan urban girl yang kembali ke desa asal, mengingatkan saya akan “kembali ke Salatiga”, deu… kebayang deh rasanya. Terlebih lagi pada usianya yang sedang pengin-penginnya hang out di area “serba ada”. Menyadari dia menemukan Edward, si vampir, membuat cerita ini mengalir dengan baik, teramat baik buat saya. Tak ada kesan dibuat-buat, tak ada kesan brutal yang biasanya disajikan pada film-film vampir. Smooth, sampai klimaksnya pun tak perlu dibaca dua kali untuk memvisualisasikannya di otak saya. Ending mudah ditebak (soalnya saya membaca halaman-halaman terakhir sebelum memulainya dari depan), tapi bukan itu POInya. Stephanie membawa Bella & Edward se-humanis mungkin.
Skala 1 sampai 10, saya kasih 9!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Scroll to Top