Dulu sekali (maksudnya benar-benar dulu banget, 2001 kali) saya memutuskan untuk mengirimkan sepeda balap saya ke Jakarta. idenya mau “berolah-raga”. Hasilnya? Karena sudah nggak dipakai selama 3 tahun (di Salatiga nongkrong di gudang sejak saya tinggal ke Jakarta) bannya sudah rada mati, remnya langsung putus begitu digunakan. Akhirnya di Jakarta-pun sepeda itu nongkrong di dekat dapur. Lama-lama dijadikan jemuran lap-lap dan keset yang baru dicuci. Suer jadi kotor, berkarat, berdebu, ber… apa lagi lah pokoknya nggak asik dilihat.
Dua minggu lalu saya tak sengaja harus dealing dengan sepeda-sepeda lagi. Anak-anak sudah harus ganti sepeda yang lebih besar. Willi dapat kiriman dari eyangnya, sementara Sisi gantian pakai punya Willi. Namanya juga bekas, kotor lah, berkarat lah, ada yang somplak lah. Akhirnya saya berkutat dan “bergaul” dengan toko sepeda, mbetulin sepeda ex-Willi yang mau dipakai Sisi. Sukses dah.
Tapi side effectnya saya kok jadi ketagihan. Akhirnya libur kemarin saya pakai untuk menghidupkan sepeda saya sendiri. Mulai jam 10 pagi, kelar jam 6 sore! Kerjaannya memang berat: Pertama, pretelin semua parts sebisanya. Soalnya gumpalan debunya benar-benar tebal dan masuk ke dalam sela-sela parts. Lalu pakai sikat gigi tiap parts yang berdebu disikat. Setelah cukup puas lalu saya masukkan ke ember dan cuci pakai sabun, lalu dikeringin. Beberapa parts yang bisa dikilapkan saya gosok pakai metal polish (pasti pada kenal Sunpoly). Kerjaan ini yang menyita banyak waktu dan tenaga. Setelah itu pasang balik lagi semua parts. Beberapa yang dari karet (ban & rem) serta tali-tali (tali rem & gigi) mesti diganti. Total belanja habis 150 ribu, tapi puas… 😀
Next, ada dua pilihan: upgrade rem atau upgrade batang setang jadi versi MTB. Ga akan kebut-kebutan lagi lah, pakai setang lurus kayaknya lebih nyaman daripada setang balap. Plus bisa ganti tuas dan tali rem jadi yang biasa.
wah …. ada proyek buat gw nich >>>> hehehehehehe [ngecat mode on]
Wah, bukan ngecat la, sepeda gw all chromed… 😀