Nge Zoom dari 10 Malam sampai 6 Pagi?

Juli ini Cece libur semesteran di rumah. Cuman banyakan diem di kamar, atau kalau lagi turun makan pasti earbudnya nyantol di telinga. Bukan dengerin musik, tapi dia lagi meeting online… dan ga kelar kelar. Jadi ceritanya Cece gabung jadi panitia ospek. Dan sejak UAS kelar, intensitas diskusi jadi meningkat. Cuman jenis meetingnya rada unik: bahas dari A sampai Z, tapi ga ada agenda pasti, dan yang join meeting adalah seluruh tim. Jadi kalau ada yang mau dibahas baru diobrolin, cuman kalau lagi mikir sendiri-sendiri ya pada diem, beneran diem, tapi masih pada terkoneksi semua. Lucunya sering mereka pada nyalain kamera, jadi kelihatan kalau sedang ‘kerja’. Saya, anda, dan kuli kerah putih lainnya, coba bayangkan WFH tapi Zoom nyala terus dan mic & camera always on dari jam 8 pagi sampe 5 sore, buka pembicaraan seperlunya. Saya sih udah jelas ga tahan. Onlinenya mungkin bisa, tapi camera dan mic pasti off.

Saya sempet nyeletuk ke Cece soal efektifitas meeting seperti itu. Katanya, dari dulu juga gini pas kerkel, pas meeting offline, duduk berjam-jam di cafe dan ngomong seperlunya. Jadi habit itu dibawa ke online meeting. Entah, buat saya meeting ya bahas yang penting-penting, habis itu udahan. Hemat waktu, hemat bandwidth Internet. Kalau soal hasil, itu lain soal.

Saya sempet nanya, rekor meeting berapa lama? Dia bilang dari jam 10 malem trus baru bubaran jam 6 pagi esoknya. Entah itu online atau offline. Beuh…