Ekspektasi Berlebihan?

Apakah pelayanan ini menjanjikan sesuatu yang pasti? Apakah pelayanan ini sudah ‘kena batunya’ dengan power statement “Perubahan Adalah Perubahan Sampai Terjadi Suatu Perubahan” yang dipasang setiap waktu? Apakah dengan hanya ikut Camp Pria Sejati saja seorang laki-laki pasti berubah menjadi seorang pria serupa Kristus?


Tentu saja tidak bukan? Perubahan dan segala pemulihan lain itu tergantung dari pribadi masing-masing. Kita dalam pelayanan Pria Sejati ini hanya ‘memberi tahu jalannya’ serta memfasilitasi semampu kita. Ah, tapi apakah itu saja cukup? Kenapa keluhan-keluhan seperti ini muncul juga?
Beberapa hari lalu ada salah satu istri pembina ‘complain’ di depan suaminya sendiri dan beberapa tamu tentang perubahan yang tidak tampak pada kehidupan suaminya. Padahal sudah menjadi pembina, ikut camp lebih dari dua kali. Si istri meminta kita untuk selalu mengajak suami dalam pelayanan ini agar bisa segera terlihat perubahannya.
Keluhan lain yang diterima tentang suami yang sudah ikut camp beberapa tahun yang lalu tapi belum mengalami (lagi-lagi) perubahan. Sang istri menanyakan perihal pembina yang sudah tidak lagi telepon ke rumah, sudah tidak lagi menjalin hubungan dengan suaminya.
Ada lagi kejadian seorang kakak perempuan yang mencek keberadaan adik laki-lakinya di camp. Sepertinya tidak percaya sang adik benar-benar ikut camp.
Ada lagi satu istri yang mengharapkan suaminya bisa berubah sepulang dari camp. Pengharapan itu diucapkan saat dia mendaftarkan suaminya ke saya.

He… he… he… Dulu saya pernah sering menyebut pelayanan ini dengan ‘bisnis reparasi pria’. Analoginya, kalau mobil kita rusak, kita mengharapkan bengkel akan membetulkannya, segera. Begitu kan? Tapi ternyata pelayanan ini bukan bengkel. Montir saja kita pun tidak. Bengkelnya sendiri adalah Tuhan.
Well, paling tidak kita sebagai fasilitator mungkin memang belum memaksimalkan potensi yang ada. Contohnya kita bisa bekerja sama dengan pelayanan lain seperti komsel untuk selalu mendukung peserta lama agar bisa tetap bertumbuh. Pembina dalam pelayanan ini seperti guru, muridnya untuk tiap periode selalu baru. Mereka memang tidak diharapkan untuk bisa ‘keep contact’ dengan peserta lama.
Yah, saya saat ini hanya bisa menyerahkan kembali kepada Tuhan, yang menaruh saya di posisi menyenangkan ini. Dan Allah akan melakukan bagiannya, seperti baru saja, SMS dari salah satu istri peserta seperti air terjun segar mengguyur saya:
suami sy ROHANIny BERTUMBUH.trimaksh TUHAN..Trimakih ut org2 yg MENDOAKAN kelg sy..Akhirny suami sy lbh lg MENCINTAI TUHAN.Tolong trus dukung kelg sy ya.Tx.GBU

1 thought on “Ekspektasi Berlebihan?”

  1. Yah namanya manusia jaman sekarang, maunya yang instan hehehe… masuk retreat… blub blub blub… keluar udah 100% serupa Kristus 🙂 if only …
    Mustinya sih perlu diajarkan jg keseimbangannya Dhi, nobody’s perfect… kadang ada beberapa hal yg kita harus terima apa adanya dr pasangan, apalagi kalau hal itu sudah bertahun-tahun tertanam sejak dari kecil, mungkin butuh waktu buat berubah… di masukkan ke kurikulum Pria Sejati ama Wanita Bijak kali ya heheheheh…

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Scroll to Top