Hua… sejak mulai, Sabtu 4 Juni, renovasi rumah sepertinya kena masalah terus. 1 bulan pertama pekerjaan amat pelan. Mungkin karena nasih penyesuaian dengan Jakarta, mungkin juga karena hal lain. Bulan kedua saya sudah mencoba membuat target, tapi seperti anak kecil, para tukang itu ngambek. Cabut mendadak dengan alasan ‘tidak kuat kalau ditarget’. Lucunya saya membuat jadual itu bersama dg mereka pula. Ah, memang dasar…
Lalu tim #2 diluncurkan, kali ini dari Bekasi. Minta borongan? Ok deh. Wong kita juga perlu cepat. Mulai 15 Agustus, 4 orang bekerja. Belum seminggu sudah jadi 6 orang. Yah, biarlah, namanya juga borongan. 10 hari kerja, kepala tukang pamit (orang tuanya meninggal), digantikan dengan kepala tukang lainnya. Uh, kerjaannya kasar, tidak rapi. Ngecat dinding pake rol kok lebih rapi istri saya. Hari ini muncul lagi masalah. Kerjaan belum selesai, ternyata ada masalah pembayaran internal antar mereka. Duh! namanya borongan ya tahu jadi to. Heh…
Dari kemarin saya membereskan listrik rumah. Wiring ‘peninggalan’ tukang pertama, nggak tahu pangkalnya di mana, ujungnya di mana. Yah, paling tidak malam ini sudah selesai, dengan memar dan baret disekujur tangan dan lengan.
Terus terang saya tidak tahu ‘un-comfort zone’ apa lagi yang harus saya lalui. Rasanya sudah cape…
Komentar