Rasanya aneh, 2 hari libur lebaran ini 100% ngejogrog di rumah saja. 7 tahun berturut-turut selalu ikut tradisi mudik. Naik kereta api, nyetir mobil sodara (jd bisa ngebut pakai Blazer MT), atau burn-test Zebra 22 jam seperti tahun lalu.
Jakarta praktis sepi. Hampir semua toko tutup. Saya yang memilih “nukang” berberes rumah jadi cukup sukar mencari bahan-bahannya. Toko buka-pun harga dibikin “selangit”. Saklar single gang outbow Broco yang biasanya dibawah 10 ribu kemarin dijual 11.500.
Suasana Lebaran pun tidak se-meriah di daerah. Apalagi kalau dibandingkan dengan Salatiga yang tahun lalu mengadakan arak-arakan & lomba takbir. Truk penuh dengan tabuh raksasa, sound system belasan ribu watt, dan pemuda-pemuda “kelebihan” tenaga. Tak tahu kali ini.
Nyokap di rumah TP11 seperti tahun-tahun lalu memasak 50 ketupat, sepanci besar opor dan sambal goreng untuk dibagikan ke anak kost yang tidak pulang dan berbagi dengan tetangga. Setelah itu ke Kutoarjo, bersilaturahmi dengan keluarga besar. Gee… Mas Najib pasti nyetir bolak-balik. Masih ingat tahun lalu bersilaturahmi dengan 2 Taruna beriringan.
Gee… kangen? Mungkin. Apalagi anak-anak SMANSA 89 bakal kumpul-kumpul lagi di sana. Ha… ha…! Sebenarnya bukan itu alasan saya. I just like the adventure, the trip, and the food!
Komentar