Ini bukan gaya-gayaan, bukan juga nyombong. Lha wong kalo jatuh atau miss-usage kan berabe. Barang mahal tuh.
Sejak di rumah saya ada Powershot Pro-1, Willi selalu merecoki saya saat mau memotret. “Willi mo foto… Willi mo foto…” rengeknya sambil menempatkan dirinya diantara saya dan kamera. Jelas pandangan saya ke LCD terhalang. Akhirnya saya ladeni juga permintaannya. Saya ajari cara pegang yang benar (tangan kiri menopang bodi & lensa, tangan kanan siap di shuter), saya ajari juga cara memotretnya. Yang paling susah di digital adalah pencet shuter setengah klik. Gee… anak kecil sama sekali buta soal halfway. Tak apa, respon Pro-1 cukup cepat sehingga hasil foto-foto Willi cukup tajam, meskipun komposisinya hancur lebur. Apalagi setelah dia tahu diperbolehkan untuk menjepret sana sini, Willi mulai membawa lari kamera eyangnya itu. Tinggal saya yang susah payah menenteng belt-nya menahan jika terjatuh tidak sampai membentur lantai. Untung sampai kamera itu diambil sama yang punya belum pernah terbentur sekalipun.
Minggu ini Willi punya mainan baru: kamera saya. Lebih berat dari Pro-1, lebih besar (tangan imutnya hanya bisa menggenggam dasar lensa), dan tidak ada LCD untuk membidik target. Hari pertama minta foto, Willi sedang pilek. Saya arahkan grip dia ke arah muka. Hasilnya, sebelum Willi sempat menjepret apa-apa, bagian belakang kamera sudah belepotan ingus. Hahahaha…
Kali berikutnya, tadi malam, Willi sudah mendingan. Tidak begitu meler dan tangannya sudah menggenggam dengan benar, tinggal mengajarinya ngeker dari viewfinder. Susah juga ya, mungkin karena terlalu berat buat dia. Hem… ntar deh saya upload foto dia…
Komentar