21 ke 29

Lucunya, saya punya mejanya dulu daripada barangnya. Jadi waktu yang 21 ditaruh di atasnya seakan timpang. Meja besar menopang kotak kecil di atasnya. Yah, namanya juga usaha, baru bisa punya yang kecil, ya dinikmati saja.
Kemarin, 21 itu masuk kotak (yang anehnya masih saya simpan), diganti dengan 29. Memang sudah cukup uzur, 9 tahun mendampingi sejak saya mulai menghirup udara kotor Jakarta. Mungkin karena kotornya, dia lebih cepat rewel daripada punya adik saya yang merek tipe tanggal beli tokonya pun sama.
Yang 29 ini, lain lagi ceritanya. Sudah sejak lama ingin ganti, tapi apa daya dompet (dan rasionalitas kesadaran kondisi keuangan) belum mengijinkan. Beberapa bulan lalu muncul tipe baru, menyenangkan melihatnya. Fitur tak menjadi pertimbangan utama karena hampir semua merek menawarkan serupa. Saya melihat harganya. Masih (sadar) tak mampu, sabar… sabar… Ehem, saya jadi ingat teman saya yang selalu membeli barang tanpa berpikir lama-lama. Bulan lalu saya melihat harganya turun, minggu lalu turun lagi, dan kemarin tokonya menawarkan diskon 10% untuk (hampir) semua barang. Well, itupun saya tak langsung beli. Dua hari berpikir dan tukar pendapat dengan Yanty. Akhirnya nongkronglah 29 di atas meja yang muat 29 juga. Hem…