W: “Willi tadi disuruh Miss Susi berdiri di depan”
Y: “Kenapa?”
W: “Iya karena Willi nggak tahu”
Y: “Nggak tahu apa?”
W: “Nggak tahu angka satu”
Aarrgghh…!!! Kecolongan lagi. Saya dan Yanty sependapat kemarin malam setelah Willi bercerita kegiatannya hari itu di kelas Inggris. Rote count (melafalkan “satu”, “dua”, “tiga”, dan seterusnya) adalah materi dasar yang sudah diajarkan pada bulan pertama Willi masuk KB, dan adalah hal yang aneh buat dia kalau sampai lupa (saya yakin Willi sudah tahu, cuman sedang lupa atau sedang malas mengingat).
Kejadian di kelas kemarin memang belum dikonfirmasikan ke pihak sekolah, tapi daripada meributkan orang lain, lebih baik berintrospeksi diri. Kelihatannya sepele, membiarkan Willi mengerjakan PR bersama pengasuhnya. Saat kami pulang kerja, tugas-tugas tersebut sudah selesai plus wajah Willi yang ceria minta TTOT. efektivitas waktu? Tentu saja. Tapi efek sampingnya sungguh dahsyat. kami terpukul oleh kejadian kemarin. kami jadi contoh orang tua yang tak bertanggung jawab terhadap kemajuan dan pendidikan anak.
Hari ini harus berubah, dan seterusnya.
aint they love testing your patience? tapi aku lihat anak-anak suka gitu. testing if it is okay for me to forget things? is it okay if i do this? is it okay if i dont do this? is it okay if i forget things? bablablabla..
i know you will be good parents, both of you will.
soalnya ga banyak yang berpikir sejauh yang kalian pikir, most palingan cuman akan senyum dengerin celotehan anaknya 🙂
sok tau ya? :p
Dalam kapasitasmu sebagai seorang single, jelas sok tahu. Tapi dalam kapasitasmu sebagai seorang guru, jelas sama sekali tidak sok tahu. Thanks for the thoughts.
Ah, itu yg aku ga suka dari model pendidikan macam gini. Guru2 itu kok suka sok tau ya. Jika anak seumur Willi tidak tahu apa yang udah diajarin, bahkan adalah materi dasar, si guru mungkin harus ubah pendekatannya, karena tiap anak kan beda… Memungkinkan ga hal itu di kelasnya? Berapa perbandingan guru:anak?
Seandainya sekolah alam itu letaknya deket2 ya Dhi, atau sekolah2 mau berubah menjadi sekolah yg menyenangkan buat anak2, ga cuma sekedar ngajarin ilmu, tapi yg plg penting, apa guna dan aplikasinya pelajaran itu… anak2 pasti akan inget.
Aku baru baca ttg Multiple Intelligences-MI (krn waktu itu harus bikin artikel untuk brosur)… dan aku jadi ngeh, tiap orang (baca:anak) punya kecenderungan kecerdasan yg beda. Ada anak yg baca tulisnya payah banget dan dpt nilai jelek, tp stl ortunya mengenali dia adalah visual smart, mereka memfasilitasi dia sesuai dengan kecenderungannya. Akhirnya anak itu ga cuma bisa baca tulis tapi suka banget. Yg paling bagus, dari dalam dirinya sendiri muncul kemauan itu, bukan karena disuruh ortu/guru.
Wah.. panjang dan lebar ya 😀 1500 kata kan Dhi, katamu… :p
Hehehe… Thx Dev. Besok ada family day di Dian Kasih & di situ ada kesempatan ngobrol banyak dengan The Teachers. But we prefer go to your lovely house… :D. Ngobrol sama guru bisa lain kali. Willi memang lebih suka visual, kalo main blocks bisa berjam-jam. Sudah bisa bikin mobil truk, pesawat terbang, sampai kadang bikin aku heran sendiri.