Pengisi rumah 7 digit

Harusnya beban biaya ini muncul saat kami punya rumah. Tradisi mengisi rumah setelah menikah merupakan hal yang lumrah. Tapi buat kami yang berkehidupan pas-pasan (oh ya?) hal itu terjadi melalui timeframe yang panjang.
Saya ingat tahun 2001 (persis saat banjir besar melanda Jakarta) saya menghuni rumah itu hanya dengan modal satu karpet kasar, satu spring bed pemberian orang tua, dan seperangkat alat masak. Meja satu-satunya saya buat sendiri dengan kayu bekas renovasi. Catnya pun hanya menggunakan cat tembok putih. Ajaib, sampai sekarang meja bersejarah itu masih berdiri kokoh.
Beberapa bulan kemudian setelah menikah, perabotan bertambah. Meja makan, lemari pakaian, tempat tidur, mesin cuci. Ada satu lagi yang “ngembat” punya bokap di Salatiga: kursi Betawi untuk ruang tamu. Hehehehe…
Pengeluaran mahal terjadi saat kami membeli meja tivi yang sekaligus sebagai pembatas ruang tamu dan ruang keluarga. 7 digit melayang menggantikan meja kayu bekas renovasi itu. Satu satunya perabot “wah” (menurut ukuran kami) saat itu.
Dua minggu lagi, sofa empuk akan nongol di rumah. Bukan ngembat bokap kok, ini hasil hunting dari pameran furnitur kemarin. 7 digit lagi melayang menggantikan… tak ada apa-apa. Gee… selama ini kami duduk di lantai saat bersantai nonton tivi.