Tiket Mudik Lebaran

Sejak saya eksodus ke Jakarta akhir tahun 97, tiap tahun pasti mudik lebaran. Sampai tahun 2001 selalu naik kereta. Selanjutnya selalu naik mobil. Oh… perkecualian waktu Yanty hamil Willi tahun 2003 itu ga pulang ding. Tapi lama-lama capek juga. Badan sudah tidak mau lagi kompromi kalau kena macet, apalagi kalau sampai 20-25 jam di jalan. 2 tahun terakhir ini saya selalu lewat atas, begitu juga tahun ini.
Biar dapat tiket murah, saya membeli tiket jauh-jauh hari. Untuk mudik tanggal 18 September kemarin saya sudah issued tiket tanggal 22 April lalu. Kebangetan? Nggak juga sih. Saya dapat harga 421 ribu untuk sekali jalan CGK – SMG. Beda dikit dengan harga tiket kereta api eksekutif yang bisa sampai 300 ribuan lebih. Ini perlu perencanaan super matang. Dari menghitung perkiraan cuti bersama, libur sekolah, dan pengajuan cuti kerja. Well, soal yang terakhir selalu menjadi bincang-bincang seru, terutama di kantor Yanty. “Elu kan ga lebaran! Masak udah ngajuin cuti sekarang sih!”. Biasanya jawaban, “Mertua gue lebaran” dan fotokopi issued ticket sudah cukup membuat atasan mengerti. Kali ini cukup bermasalah karena work-pairing Yanty ganti dan dia tidak terima didahului beberapa bulan. Hee… Salah sendiri… hayo siapa yang berani adu long term planning sama saya…
Well, jadi sementara yang lain sibuk mencari tiket mudik (seperti sekretaris di sebelah saya ini), saya tinggal ongkang-ongkang kaki ngurusi hal-hal lainnya… seperti mau ngerjain apa nanti di libur lebaran…. hehehehehe…