Entah kenapa gigi susu Willi kok susah tanggalnya. Yanty bilang mungkin ini gara-gara kebanyakan kalsium. Euh… bisa ngaruh gitu? yanty memang mengkonsumsi lebih banyak kalsium saat hamil Willi. Well, anyway, gigi susu Willi memang jadinya terlambat tanggal meski gigi permanennya sudah mengintip. Lalu? ya ke dokter. Untung dekat. Biasanya datang dengan gagah, masuk ke ruang periksa sudah merinding, waktu ditempel busa pemati rasa sudah nangis teriak-teriak. Tarik pakai tang, beres. Bayar dan pulang.
Lha kali ini gigi yang tersodok ada tiga!!! Willi (dan mungkin dokternya) nggak akan mau dalam sekali periksa copot tiga gigi sekaligus. Ehm… ternyata Tuhan dengar keluhan kami (termasuk dokternya yang nggak tahan juga dengan teriakan Willi) semua.
Sore ini Willi main ke taman seperi sore-sore sebelumnya. Cuman entah gimana, rahang bawahnya bisa terantuk panjatan saat dia turun. Darah mengalir deras, anak-anak setaman pada berkerumun. Juan (well, anak yang satu ini saya suka karena sudah berpikir lebih dewasa) & Sisi lari ke rumah memberi tahu saya yang kebetulan nongkrong di teras sedang meng-coating Hazel.
Di taman saya cuman periksa sebentar, tanya sebentar sampai menyimulkan darah itu benar-benar dari gigi Willi yang copot. Haa…!!! Untung ketemu, jatuh di taman (Yanty sedang hepi mengumpulkan gigi susu anak-anak). tahu apa komentar Yanty? “Lha kok nggak tiga-tiganya sekalian yang copot?” Wkwkwkwkwkwkwk…!!!
Komentar