Women Time Management

Sebelumnya, perlu dijelaskan kalau saya tidak melakukan generalisasi bahwa pengaturan waktu “semua” cewek itu parah. Nope, bisa-bisa blog ini di-banned sama female readers… 😀 Saya hanya cerita kejadian yang saya alami saja.
Dulu… saya pernah berbantah-bantahan dengan salah satu teman (cewek), soal deadline pekerjaan. Debat kusir jadinya karena saya selalu tanya, “Lalu berapa jam kamu bisa kelarin tuh kerjaan???” dan dia selalu membalas dengan, “Ya nanti kalau saya sudah selesai saya kasih tahu!!!” Hati panas, emosi, etc… etc… Well, itu dulu, sebelum saya lebih memahami perempuan. Ha! Bukan berarti sekarang saya hebat, tapi saya terlatih… wakakakaka… trained by experiences.
Di rumah saya sedang “cuman berdua”. Libur sekolah ini anak-anak sedang ngabur ke rumah eyangnya, plus pengasuhnya. Jadi praktis kami berdua lebih bebas membahas apapun di rumah. Termasuk hal yang satu ini.


Di kantor Yanty sedang ada jadual pelatihan time management. Hiyaaa… ada ya? Ehm. Dari peraturan Bank Indonesia memang mensyaratkan berapa persen dari biaya gaji karyawan HARUS dialokasikan untuk pelatihan. Nah kalau semua pelatihan sudah dilakukan, berarti HARUS bikin pelatihan baru kan, mungkin soal ini yang muncul di benak masing-masing direksi. Saya langsung meng-iya-kan saat Yanty bilang kalau berminat. Yah, saya pikir memang perlu kali ya, biar bisa mengikuti saya yang terlalu “on time”. Seperti kasus masak nasi, sampai detik ini pun Yanty ga tahu berapa lama itu rice cooker menanak nasi dari klik pertama sampai masuk ke mode warming. Yanty juga merasa gelisah tentang anak-anak yang harus masuk sekolah jam 6.30 (peraturan aneh untuk meringankan beban traffic jakarta). Saya bilang, “majuin aja kita bangun paginya” tapi alasan itu tidak bisa dia terima. Entah Senin depan kami pada bangun dan berangkat jam berapa.
Entah apa yang kami “ributkan” kemarin, mumpung berdua doang di rumah, debat, bantah-bantahan ga serius, sampe gebuk tendang… eh… ga ding… :)) sampe Yanty bilang, “…jadualku tuh berjalan dengan hati, Say…” bikin saya ngekek abis. Nyerah deh. Lebih gampang saya yang berubah daripada mengharapkan orang lain berubah. Tul? 123…!!!