Sejak aku beli rumah di Taman Surya, air PAM hanya mengalir sekitar 1 bulan
pertama. Setelah itu mati. Air diantar dengan truk oleh PAM. Jadi tiap Sabtu
atau Minggu pasti ada hari yang dikorbankan untuk ‘menunggu air’.
Seperti juga hari Minggu lalu, sudah sejak hari Jumat aku minta dikirimkan
truk air, agar datang hari Sabtu. Maksudnya agar hari Minggu aku bisa santai
sedikit dan acara ke gereja tidak terganggu. Tapi sepertinya PAM tidak mau mengerti.
Aku sampai bosan setengah mati, dan ada dilema di hatiku: berangkat gereja nggak
ya? Aku ikut kebaktian jam 6 sore. Sedangkan truk air biasanya memang nongol
antara jam 12 siang sampai malam.
Saat itu aku tahu (lagi…) apa maksudnya berserah kepada Tuhan. "Pandanglah
burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan
bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah
kamu jauh melebihi burung-burung itu?" (Matius 6:26). Yah, kalau Tuhan
memang berkenan aku mandi hari ini pasti truk itu akan datang. Tapi bagaimana
dengan acaraku ke gereja? Akhirnya saat itu aku memutuskan untuk menunggu air.
Ternyata aku belum bisa berserah sepenuhnya…
Akhirnya datang juga truk itu, jam 6 sore pas. Jarak rumah sampai gereja sekitar
30 menit (kalau tidak macet) dan aku belum mandi. Jadi aku akan sangat terlambat
kalau dipaksakan berangkat. Hari itu aku merasa tidak enak. Terus terang, pergi
ke gereja tiap Minggu sudah menjadi kebutuhan (mendapat kesegaran baru, bertemu
teman-teman, memuji Tuhan bersama, de el el…).
Perenungan hari itu mengingatkanku pada satu pertanyaan salah satu anggota
komsel beberapa minggu lalu, "Apakah Karya Salib Yesus akan tetap terjadi
seandainya Yudas tidak menjualnyaNya?". Saat itu diskusi kami menyatakan
bahwa Yudas telah diberi kesempatan untuk tidak melanjutkan niatnya (Matius
26:20-25). Tapi misalkan Yudas tidak mencium Yesus pagi itu, Karya Salib akan
terjadi juga, dengan cara lain.
Dalam skala kecil dan permasalahan lain, begitu juga soal keputusanku menunggu
air. Jika aku sudah berserah kepada Tuhan, maka air itu akan aku dapatkan juga,
bagaimanapun dan kapanpun (pada saatnya). Tapi aku diberi kebebasan Tuhan untuk
memilih, apakah aku berangkat ke gereja hari itu atau tidak.
Minggu berikutnya, aku tidak mau hal itu terulang lagi. Gee…, air datang
jam 10 pagi! Tuhan memang bekerja menurut jalanNya yang kadang sukar dimengerti.
Haleluya!
Catatan akhir:
Berserah penuh, latihlah dari perkara-perkara kecil.
Kita sebagai anakNya telah diberikan kemampuan untuk menggunakan hikmat yang
telah diberikan olehNya. Pakailah untuk meninggikan nama Tuhan.
Tuhan memiliki cara sendiri yang kadang kita sebagai hambaNya tidak dapat mengerti.
Komentar