“Tutup notebooknya, temenin Willi sebentar…”. Kata bijak itu yang aku dapat dari Yanty saat aku minta saran tentang kejadian barusan.
Jam 9 malam, aku sedang berkutat dengan manual aplikasi iRMS. Memang ini kerjaan staf lain, tapi aku harus me-reviewnya sebelum implementasi Rabu besok di Samarinda. Sementara itu Willi benar-benar ingin menarik perhatian papanya. Aku ngetik, dia ikutan di sebelah persis. Saat mau tidur saja, aku ditarik ke dalam kamarnya. Padahal sudah bareng Yanty lho. Aku mengambil jalan tengah, copy manual ke flashdisk, matiin pc, hidupkan notebook, bareng Willi masuk kamar, ngejogrok di pojokan, nyalain notebook, colok flashdisk, copy ke hdd, dan meneruskan kerja. Sementara itu Willi mulai sibuk dengan mainannya.
Kelihatanna dia tahu kalo papanya masih tidak ‘really pay attention to him’. Mulailah ndempel ke aku. Ikutan nyerobot ketikanku. Gosh… suer aku jadi rada emosi. Jadi nggak wise, jadi galak, jadi rada keras sama Willi. Sampai-sampai aku tarik dia ke atas kasur untuk main di sana sementara aku meneruskan ketikanku. Argh… nggak mempan. Tetep aja balik ke aku, cabut flashdisk dari colokannya (untung dah dikopi ke hdd sebelum diedit). Nyerah deh…
Aku ikut naik ke kasur. Willi akhirnya bergulingan juga di situ. Semenit kemudian sudah terdengar dengkurannya. Gee… Lalu aku bertanya ke istriku, “Dhi harusnya gimana ya tadi”? dan jawabannya seperti di atas itu.
Yah, mau gimana lagi. Ini resikonya… bukan, bukan, ini salah satu imbal baliknya dalam berkeluarga. Harus bisa menempatkan diri, memposisikan diri sebijaksana mungkin. Office Works @ Home are okay, selama dikerjakannya saat lagi sendirian. Siap-siap lembur di rumah. Ah…
PS. not continuing my review, I write this journal instead. Published with fren beamed from my zyrex ir, right from Willi’s room.
perlu pake pendekatan six sigma kali dalam hal time management? kikikikikikikik contact me, harga bersaing lho banding musti kursus ke amrik segala 😉