Sabtu bangun pagi-pagi lagi. Minggu lalu karena ada momen Penyerahan Anak, kalau hari ini karena Willi mau diajak ke kantor Yanty. Berangkat jam 8 lebih, ‘berjuang’ di semrawutnya lalu lintas Bandengan Utara, Pejagalan, Petak Baru, & Perniagaan akhirnya bisa dapat parkir hanya beberapa meter dari Hagabank. Oh ya, nyetir lewat situ kudu hapal ukuran mobil sendiri, kemampuan belok dan daya remnya. Tantangan tersendiri lho (hayo Pam, wani rak kowe…). Kalo nggak mungkin sudah nyerempet ojek sepeda atau trolley atau pejalan kaki atau mobil box yang parkir berdesakan di bawah kolong fly over. Total super padat, ngebayangin nembus pasar pake mobil. Gee…
Setelah Willi dan Yanty masuk kantor, saya ngeluyur sendirian ke Jl. Pinangsia. Uadoh tenan ternyata… Jalan kaki melewati Asemka, sudah banyak debu, padahal masih pagi. Menyusur trotoar di Pancoran, yg jualan buah sudah banyak, saingannya yang jualan ‘piringan pastik illegal’ masih menata barangnya di display. Jujur, sempat juga ngelirik sampul-sampulnya yang… duh… Naik ke ruko jembatan penyeberangan Glodok, pemandangannya lebih menyenangkan, PS2… PS2… 😀 Sayang nggak punya, jadi ya cuman lihat sekilas anak-anak muda main di situ. Turun ke Glodok, wah… aroma barang elektronik baru sudah tercium. Di sini memang bukan tempat buat window shopping. Tiap kali memperhatikan suatu barang pasti salesnya sudah mencecar kita dengan teknik dagangannya yang menurut saya cuma memekakkan telinga. Memilih aman, saya hanya berputar-putar melihat barang-barang baru di display. Terakhir ke sini waktu beli handycam, sekitar dua tahun yang lalu. Dulu masih sedikit yang jual, sekarang hampir tiap toko memajang handycam berbagai merek dan tipe. Harga saya pikir pasti super miring, mengingat di sini ‘raja’nya barang BM. Mungkin malah ada yang tanpa dus dan manual, ‘batangan’ orang sini bilang.
Tembus ke belakangnya, lebih teratur, Glodok Plaza. Masih beberapa yang buka, saya memutuskan untuk cari ’tiles’ dulu di Pinangsia. Mampir ke ATM, tarik tunai 2 juta, lalu menyeberang ke Pinangsia. Pusatnya perlengkapan properti. Toko yang saya tuju letaknya di ujung dekat Beos, jadi otomatis saya menyusur seluruh jalan Pinangsia. Panas, berdebu, demi keramik bermutu berharga murah. Sebenarnya sih hanya terpaut 2 ribu per meter persegi (1 box kira-kira 1 meter persegi, kalau beli keramik 40×40 isi satu box 6 keping), dan saya hanya beli 40 meter persegi. 80 ribu buat saya worth it lah, wong sudah di sini juga. Oh ya, saya membandingkannya dengan Mitra 10, toko bangunan ber AC di kawasan Daan Mogot Baru. Belanja habis satu setengah juta lebih, saya kembali ke Glodok Plaza. Mampir sebentar di Kotaraya, at least di sini bisa leluasa window shopping, melihat handycam baru. Sempat lihat Sony HC-90 dengan aksesori lengkap (extra mic, extra tele lens, tripod remote Sony). Sempat melirik jam, eh, hampir jam 11 dan saya masih harus mencari kaset miniDV. Balik ke jembatan penyeberangan, saya membeli kaset di situ. Er… kayaknya kemahalan. Habis nggak tahu harga sih. Satu pak miniDV Sony isi 3 80 ribu murah nggak? Kalo di Disctarra sih dihargain 175 ribu.
Jam 11 lebih sudah di Asemka lagi. Nyempetin lihat-lihat mainan, sama die cast model. Uuu…. banyak yang bagus euy. Untung inget mesti ngirit duit karena lagi bangun rumah. Sebenarnya sih nyari mainan pesawat terbang buat Willi, tapi kok ya nggak ada yang sreg. Kebanyakan pesawat tempur, dan kita emang mau menunda memperkenalkan destructive toys & figures ke Willi sampai dia sudah besar nanti. Hem, ada RC helikopter pakai baterai yang menarik perhatian saya. Nanti deh kalau Willi sudah 4 tahun, menyenangkan juga main RC bareng. Gee… beli dua dong… huehuehuehue…
Jam 12 dah nongkrong di mobil, kepanasan. Nunggu Yanty & Willi selesai. Setengah jam kemudian saya sudah merangsek pasar lagi, menerobos ke arah Pintu Kecil, Kali Besar Barat, Gedong Panjang, Pluit, dan masuk tol Bandara. What a day…
Komentar