Tak lulus ujian kesabaran

Sepertinya Allah sedang melatih kesabaranku…
Kemarin sore nge-run aplikasi berat (Credit Risk – Zero Forward Rate Calculation). Di lab, 40 records memerlukan looping 20 menit. Lha, ini data asli 40 ribu records!!! Kalau dihitung linier proses ini selesai… 13,8 hari…!!! Hwarakadah… Saya sudah pakai Pentium 4 2.6GHz dengan memory Corsair 1GB. Tadinya saya mau lembur menunggu prosesnya. Tapi setelah tim developer memberikan perkiraan selesainya, akhirnya saya pulang saja sambil membiarkan mesin ini tetap menghitung.
Pagi ini saya berangkat kantor dengan hati berdebar. Kalau ternyata belum kelar juga, mungkin memang kalkulasi dari lab benar. Saya mesti memutar arah mencari cara baru lagi untuk enhancement. Tahu apa yang saya dapat? Mesinnya MATI…!!! Huaduh… lemas saya. Ternyata server lainnya juga mati, berarti yang nggak beres ada di power gedung. Rada emosi saya minta tolong opis boi menelpon teknisi. Informasinya, PLN fluke lima kali tadi malam sehingga memaksa gedung memutuskan aliran listrik. Deu… deu… tiba tiba saya jadi kangen UPS APC 2KWh di lantai 25.
Selagi saya menghidupkan kembali server-server saya, cek ulang services dan normal reboot, teknisi gedung datang, mau cek kelistrikan katanya. Dia ditemani opis boi menuju ke tempat MCB berjejer. Tiba-tiba brett… mati lagi. Lho… kok dimatikan??? Huaaa…!!! Emosi saya naik sampai ubun-ubun. Mengomel sedikit keras ke teknisi itu, lalu saya keluar ruangan sambil membanting pintu. Perlu lima menit untuk menurunkan emosi saya. Cuci muka, menarik nafas berulang-ulang… Saya lalu kembali ke dalam dengan muka masam, mengulang ritual server-server saya.
Teknisi itu ternyata masih menunggu saya. Maaf pertama saya cuekin (ih, gak sopan ya). Dia lalu mendekat dan mengulang maafnya dengan sedikit tambahan penjelasan. Hem, saya iyakan saja. Tak habis pikir, di mana logika teknisi itu menurunkan MCB. Untuk mengetes kelaikannya kah? Mestinya dia melihat disampingnya banyak mesin yang sedang menyala. Ah tak tahu. Sekarang saya harus mengurus tingakt emosi saya. Yang tadi parah…