6110 to 6828

Nyontek postingan ini

Nokia 6100 saya beli karena tertarik dengan handphone nya Barry Smith (MIS, StanChar, SG). Punya dia hilang saat pindahan apartemen, lalu menggantinya dengan Nokia seri 8 yang relatif lebih kecil. Kami semua mengolok-oloknya, yang sebesar 6110 saja hilang, apalagi yang baru ini. 6110 saya beli pertengahan 1999, sepulang dari Singapura. Sampai saat ini masih berfungsi dengan baik, kecuali tray SIM card yang sudah kendor dan baterai yang melemah.
Handphone terlama saya: Nokia 7110. Dibeli pertengahan 2001 sampai awal 2003. Pernah terbakar IC nya juga gara-gara saya bermain-main dengan kabel datanya. Sekarang “reruntuhannya” masih ada di laci, siap untuk dinyalakan lagi kalau ada yang mau mencarikan casingnya.
Nokia 6100, dibeli 9 Februari 2003. Handphone termahal yang pernah saya beli. Sekarang masih dipakai Yanty setelah saya ganti rangka dalamnya yang sudah pecah. Hebatnya, baterainya masih bisa tahan 2-3 hari.
Samsung X600, saya beli 12 Juni 2004 hanya gara-gara saya punya nomor cantik IM3. Eh, hilang di tempat orang jual sate. Hanya 4 bulan menikmati kecanggihan kamera plus GPRSnya. Hiks…
Gara-gara sudah terbiasa bawa dua, akhirnya Yanty terbujuk untuk beli Nokia 6585 tanggal 28 Januari 2005, kali ini CDMA. Dari Star One, akhirnya Fren. Lama… akhirnya tak tahan dengan mahalnya pulsa, ganti Flexi. Sampai sekarang masih dibawa Yanty. Sesekali saya bawa saat perlu e-mobile di Puncak. Jelas, Rp. 3,- per kilo punya Flexi lebih murah ketimbang Rp. 5,- per kilo punya Matrix.
iPAQ 6365 dibeli tanggal 16 Juli 2005 karena keperluan pelayanan gereja. Karirnya tergantikan tanggal 22 Maret 2007 dengan iPAQ 6828.