Semalam di Tol Sedyatmo

Lucia (2/1/2008 12:14:01 PM): kg plg neh,..banjir loh jlnan
Hanya satu baris YM itu saja yang saya baca, selanjutnya sudah turun ke tempat parkir dan pulang, diguyur hujan super deras. Menyempatkan diri mengisi bensin di Semanggi, saya lihat genangan air hampir sampai di tutup tangki bawah tanahnya. Saya langsung berputar di Semanggi ke arah Slipi.
Tol macet! Saya putuskan untuk tetap di arteri. Radio bilang daerah Citraland banjir. Euh, saya mau tak mau harus masuk tol untuk menghindar banjir. Masuk di Slipi, ternyata pilihan saya tak begitu bagus: seluruh toll lane kebanjiran! Merayap, sepertinya jalan kali lebih cepat. Jam 6 sore genangan air mulai terlihat. Bwhaaa…! Tinggi! Saya sempat lihat sebuah CRV menerobos dari arah yang berlawanan, setinggi kaca spion! Eh… eh… lolos juga dia. Saya dapat jalur yang cukup ringan, tapi harus berdesakan dengan motor dari arah depan: 20cm. Setelah itu arah Pluit & Bandara lengang. Ngebut, sambil mencoba telpon Yanty yang tadi bilang tak ada kendaraan sama sekali untuk pulang, tak ada jawaban.
Jam 6.30 ternyata mandeg di pintu tol Sedyatmo. Beberapa orang “sok” mensortir kendaraan. Yang tinggi suruh lewat, yang rendah (termasuk saya) disuruh minggir.
“Kenapa Pak?”
“Banjir, sedada” sambil menaikkan tangannya di depan dadanya. “Lebih baik Bapak balik lagi aja, nggak bisa lewat”
“Keluar Kamal pun nggak bisa?”
“Nggak. Tapi kalo Bapak mo maksa ya silakan”
Waduh! Akhirnya saya parkir di tempat yang cukup aman (di parkiran kantor Jasa Marga) lalu keluar mencari info. Yang saya dapat ada 1001 versi! Ada yang bilang exit Kamal bisa dilalui tapi macet. Ada yang bilang exit Kamal dipakai untuk jalur balik arah dari Tol sehingga macet. Ada lagi yang bilang exit Kamal termasuk yang terendam satu setengah meter. Itu semua saya dapat dari orang-orang Jasa Marga. Bikin pusing saja. Coba renungkan pengumuman resmi dari Jasa marga di pintu tol:
“Diberitahukan kepada seluruh pengguna jalan tol, bahwa di kilometer 25 sampai 27 terdapat genangan air setinggi satu setengah meter, sehingga tidak dapat dilalui oleh kendaraan apapun. begitu pula dengan exit Kamal. Jangan memaksakan kendaraan anda. Pilihan terbaik adalah berbalik, arahkan kendaraan anda kembali ke Jakarta. Jika anda tetap memaksa terus, siapkanlah logistik dengan cukup karena setelah pintu tol ini tidak ada putaran balik lagi dan surutnya air tidak dapat diprediksi.”
Jam 8 malam Yanty telpon sudah sampai rumah, jalan kaki dari Pantai Indah Kapuk ke rumah di Kalideres! Sedikit lega, saya mulai berimprovisasi: ikutan ngantri di pintu tol. Di daerah itu pun sudah tak ada logistik, keputusan awal tidur di pintu tol menjadi pilihan yang tak menyenangkan. Lebih baik tidur di jalan, sambil pelan-pelan merangsek pulang. Memang benar-benar parah. Berjalan 10 – 25 meter, lalu berhenti satu – dua jam. Tak ada air minum, saya berusaha untuk benar-benar tidur. Dibangunkan oleh klakson truk saat sudah bisa jalan lagi, hanya untuk lagi-lagi 10 – 25 meter.
Sampai di exit Kamal saya mencari genangan air, yang ternyata tak ada! Bekasnya pun sudah kering! Ampun! Jadi saya berjam-jam terganjal orang-orang yang nekat mau ke bandara. Coba kalau setelah exit Kamal diportal, tak akan ada penumpukan kendaraan seperti ini karena semuanya akan keluar ke Kamal.
Sampai rumah jam 5.30 pagi, hari Sabtu! Mandi… trus tidur.

  • mejeng di depan Taman Anggrek, dari jalur 1 tol dalam kota
  • motor masuk tol, melawan arus lagi
  • danau dadakan di depan Citra Land