Open Source… Open Mind…

Dua hari lalu saya dapat satu keluhan dari Arman, “Open source itu nggak gampang yah”. Saya tak menyalahkan dia. Kalau sudah sejak lahir ketemu Windows, bercengkrama dengan GUI yang super UI, maka pindah ke open source (baca: linux) adalah neraka.
Arman adalah salah satu contoh pengguna komputer yang statis. Maksudnya, aplikasi yang dipakai ya itu-itu saja, jarang melakukan feasibility, trial terhadap aplikasi lainnya. Kalau boleh saya bilang, dia mastering in Office products. Dasar dosen, yang diutamakan ya Power Point. Saat dia kemarin mencoba open source, Open Office saya kira, dia berkomentar seperti di atas. Saya hanya tersenyum dan mengiyakan. Entah, hari ini mungkin dia sudah beli Office dari Sistech Kharisma.
Hari ini saya juga “dikomplain” atas kebijakan saya menggunakan Ubuntu di kantor. “Rasanya gue mesti balik ke Windows lagi nih. Gue nggak bisa kerja”. Kalau alasan mereka performa kerja mereka, saya hampir mati kutu. Migrasi ini tak sepenuhnya didukung sama decission maker. PC boss saja masih belum dimigrasi. “Entar aja yang terakhir”, katanya. Duh!