2002 – 2009… sudah lama? Kami rasa belum. Settle? Apa itu? Biasanya ukuran family settlement itu dari mana? Finansial? Dengan sifat dasar manusia yang “Tak Pernah Puas” sebenarnya istilah settle itu bias. Kami sendiri, kalau boleh dikata, “Sedang Menikmati Hidup”…
7 tahun menikah tidak berarti semua berjalan dengan lancar. Well, meski intensitasnya menurun habis karena saling pengertian dan toleransi dan (yang terpenting) komunikasi kami lancar, tapi tak berarti tak ada perselisihan sama sekali. Bulan lalu saja saya dicuekin beberapa hari karena memotong uang jajan Yanty… Hah!!! Beberapa orang bilang, “Berani amat Lu?!!!” Hehehe…
Hari Senin lalu, setelah mengambil cuti sehari, kami berdua makan “mahal” di Rasane. Menghabiskan 1,3 kilo kepiting, setengah kilo ikan, dan sepiring cumi. Worth it (thx Dev…), soalnya jadi bisa berbicara hal-hal sensitif. Kayaknya hati dan pikiran lebih terbuka kalau perut penuh dan mulut dijejali sesuatu yang disuka…
Saya tanya ke Yanty apa yang dia tidak suka sama saya. Jawabannya simpel, “Sok ngatur!” Coba kalau mulut saya nggak penuh makanan mungkin hati sudah panas. Hehehe… mungkin juga tidak. Waktu saya tanya lagi apa yang dia suka sama saya, jawabannya malah tak pernah keluar. “Apa ya…” malah dia balas bertanya. He… tipikal manusia yang satu lagi. Ehm… saya tak minta dia balas bertanya, saya hanya ingin dia lebih romantis dan tak menyia-nyiakan cadangan kesabaran saya. Itu saja. Ngeri sendiri kalau sabar saya pas habis.
Karena salah milih meja, pembicaraan privat tak bisa berlangsung lama. Kami bayar makanan mahal nan enak itu dan melanjutkannya dengan berkeliling lapangan basket. Hanya kenangan yang dibicarakan… jalan pun rada susah karena perut penuh. What a day…
hepi eniverseri bro.. sis..
iya.. habis baca postingmu ini jadi mengerti mengapa Yanty bilang kamu sok ngatur :d huhuahuahahua… pake potong uang jajan segala lagi.. terdengar lebih seperti ortu daripada partner.
komen dikit soal ‘worthed’ ada referensi di sini: http://priyadi.net/archives/2005/11/24/worth-it-vs-worthed/
sorry ya.. dah lama pengen komen.. tapi berusaha menahan diri, tp dasar mantan editor, ga tahan juga. :p
Thx Dev… for both… 😀
Aku enam tahun nikah Februari nanti, kangen bangeeeeet acara berdua kayak gini Dhi. Tiap hari juga emang ngobrol. Tapi kan tidak mendalam kalau suasananya berduaan dan lagi senang-senang.
Kemarin dapat dua voucher hotel berbintang, tapi Budi nggak tega kalo check in tanpa bawa Ajeng. halah. Tapi yang kedua terakhir kmarin (pas ultahnya tgl 5) dia rada nyesel, mau ‘begituan’ harus nunggu Ajeng bubuk yang ternyata nggak ngantuk-ngantuk.. hahaha.
Hmh, kamu sok ngatur ya ternyata? Trus yang disuka gak ada? :p Salam untuk Yanti, semoga sabar menghadapi suami yang satu ini. Pernikahan memang tidak merubah karakter dasar seseorang ya Dhi. Saya pun begini (apa-apa maunya cepet), Budi begitu (lebih hati-hati). Memahami karakter pasangan dan menerima dia apa adanya as he did adalah materi pelajaran utama saya sampai hari ini *belum lulus-lulus deh rasanya…
Kasusku: kami tinggalin Willi di les mandarin, sedangkan Sisi ditinggal di rumah pas ada Eyangnya. Jadi hanya menimbulkan keributan kecil saat kami ga bisa jemput Willi (terpaksa dijemput dari rumah). Memang perlu pengorbanan untuk sesuatu yang… wah… 😀