Siapa sangka rumah yang belum ada isinya (perabotannya maksudnya)
bisa menjadi berkat buat orang lain. Tuhan emang bekerja dengan
caraNya sendiri.
Beberapa minggu yang lalu Yanty memberitahuku jika Sherline, Pengawas
Area komsel kami, sedang mencari tempat untuk perayaan Paskah komsel
bersama, dan Yanty telah menawarkan rumah kami. Hei…! Kenapa tidak?
Rumah kami masih kosong dari (yang nantinya menjadi) ruang tamu
sampai dapur belakang. Barang-barangku sendiri masih cukup muat
ditata di salah satu kamar. Maklum, bekas anak kost.
Hm… aku sudah membayangkan belasan orang datang ke rumah kami,
merayakan Paskah. How wonderful! Tapi dua minggu sebelum perayaan
Paskah, aku mendengar ada rencana lain. Ada yang mengusulkan di
rumah makan saja. Ada juga yang mengusulkan acara Paskah ini dilaksanakan
di Ancol (!…???). Heh… ada rasa kecewa di hati.
Tapi ternyata Tuhan mempunyai rencana lain. Gereja mengadakan puasa
bersama untuk tanggal 13 – 15 April itu, dan acara Paskah per-komsel
nya pun telah disusun (walaupun secara garis besar). Ha…. Akhirnya
jadi juga rumah kami dipakai. Bayangkan, acara pertama di rumah
kami bukannya pesta sukuran rumah baru, atau pesta ulang tahun,
bukan pesta pernikahan, tapi lebih indah dari itu: memperingati
saat-saat Kristus menebus dosa kita di atas salib. Sungguh indah
Kau Tuhan….
Kamis tanggal 12 April aku pulang lebih awal. Bersih-bersih dulu
lah. Sherline sempat memberitahuku ada sekitar 30 orang yang akan
datang. Uh,… mana muat! Tempat yang ada hanya sekitar 3×10 meter.
Sambil mengepel lantai aku merenung, mencoba membayangkan 30 orang
‘dimasukkan’ ke dalam rumah kami. Tiba-tiba hatiku bersuara, ‘Ini
kan acaraNya! Biar Dia lah yang mengatur. Nggak usah kawatir!’ He…,
benar juga. Saat itu aku menjadi tenang. Aku bersih-bersih sampai
jam 11 malam. Capai juga.
Besoknya jam 9 pagi mulai berdatangan. Puji Tuhan, ternyata rumah
kami cukup mudah untuk dicapai! He… Cuman satu mobil yang rada
nyasar. Teman-teman masuk, sandal dan sepatu mereka ditingal di
luar. Kami semua duduk di lantai (tentunya! Aku sampai detik ini
cuman punya satu kursi!). Beberapa saat aku khawatir soal ini. Terus
terang di kompleks ini agak kurang aman untuk meninggalkan sesuatu
di halaman tanpa dijaga. Tapi sekali lagi aku diingatkan, ini acaraNya.
Bukan ‘Adhi’ yang mengurus, tapi Tuhan sendiri.
Acaranya sendiri dibuka dengan pujian. Wow! kenceng juga. Sempat
aku berpikir tentang tetangga. Terganggukah mereka? Ah, bukan begitu!
Biar mereka mendengar tentang Kristus dari pujian kami. Hoi!!! kurang
keras!!! Haleluya!
Acara kemudian dilanjutkan dengan perenungan salib. Tuhan, saat
itu aku sedih sekali. Sebenarnya aku nggak bisa konsentrasi. Anggota
komselku, Ci’ Lia meninggal dunia. Dia berkorban nyawa untuk melahirkan
anak pertamanya. Duh, aku sesaat merasa Tuhan tidak adil. Mereka
seharusnya ikut merayakan acara Paskah ini! Perkataan Arman tentang
pengorbanan Ci’ Lia untuk anaknya dan pengorbanan Yesus untuk kita
semua meluluhkan hati, pikiran, dan perasaanku. Saat itu aku menangis….
Setelah perjamuan kudus dan doa penutup, beberapa dari kami langsung
melayat ke RS. Sumber Waras, tempat Ci’ Lia disemayamkan.
Catatan akhir:
- Tuhan memiliki cara sendiri yang kadang kita sebagai hambaNya
tidak dapat mengerti. Aku mendapat berkat yang melimpah dari perayaan
Paskah di rumah baru kami. Sungguh benar-benar indah. - Terima kasih Tuhan acara ini berlangsung sesuai dengan rencanaMu.
- Berkati Ko Indra (suami Ci’ Lia) agar dia tabah mengadapi peristiwa
ini.
Komentar