Papa Funeral #2

Sepertinya… aku hampir bosan. Tapi nggak lah, meskipun nggak masuk kantor dengan excuse seperti ini rasanya sama sekali nggak enak. Uaa….
Kemarin seharian nemenin Willi di kamar hotel. Rekor tuh, nggak ke mana-mana 12 jam lebih. hari ini Mom & Dad udah datang ke Cirebon, jadi bisa gantiin aku. Chinese funeral customs melarang anak kecil ikutan sih, jadi ya gini deh. Mesti ada yang jagain Willi di hotel. Setelah off jagain Willi, aku malah jadi supir kesana kemari.
Soal tradisi ini, banyak euy pernak-perniknya. Tahu nggak, yg beli peti mati tuh harus anaknya yang udah married (nggak tahu deh kalo anaknya belum ada yang married). Karena Yanty doang yang udah married, ya kita-lah yang beli. He… the only son in law. Lalu karena Papa ‘dianggap’ Budha, ya pake customs budhist-chinese. Aku mesti lihat hasil shooting istriku dulu buat cerita. Yang pasti acara Sabtu dan Minggu aku yang shoot. Aku cuma bisa cerita hari ini doang.
Tadi rumah-rumahan kertas udah datang. Gede 2 x 2 x 2,5 meter dengan segala accessories-nya. Mahal juga lho, sampe jutaan. Itu ntar buat dibakar pas pemakaman (iya, Mama minta agar Papa dimakamkan, nggak di kremasi). Yanty sampe nge-shoot detil per detil. Banyak juga. Ternyata, segalanya seperti itu penting banget buat Mama. Kelihatan dari raut mukanya yang agak cerah setelah lihat rumah-rumahannya sudah datang. Dilihatin satu-satu sambil ditunjukin detilnya sama Franky. Aku tadi seharian ikut bantuin ngelipat ‘uang kertas’. He… yanty aja baru tahu tadi lipatannya harus gepeng, bukan melingkar. Gepeng untuk acara kematian di bawah satu tahun, begitu katanya.
uah… otakku dah pening lagi nih. jam 10 malam, stuck di hotel bareng Willi. Mom & Dad lagi ke rumah duka, dan Yanty kayaknya ‘lupa’ suaminya belum makan. Mana HP nya ditinggal di hotel lagi. Ah, SMS Lucia aja…

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Scroll to Top