Pindahan “RUMAH”

Dulu:
Punya rumah gede di tengah hutan. Nggak perlu bayar pajak. Mau ngeluasin tanah tinggal tebang pohon. Bisa bikin bangunan apa aja semaunya. Bisa naruh barang apa aja, container penuh MP3 dan MPG juga bisa. Mau pasang pagar bisa, nggak pasang juga nggak ada yang ngelarang. Tapi kalo ada maling mesti tangkap sendiri. Kalo ada yg rusak mesti benerin sendiri. Oh ya, jalan menuju kota bisa lewat mana aja, tapi mesti bawa parang buat potong ilalang.
Sekarang:
Tinggal di apartemen dengan tanah cuman 35 meter persegi. Bayar pajak ratusan ribu. Nggak bisa ngeluasin tanah seenaknya, emang mau jebol tembok orang? Bangun apa-apa mesti mikirin tempatnya. Mesti pasang furnitur seminimalis mungkin. Pagar jelas udah ada, ada satpamnya juga. Apartemen di tengah kota, dekat dengan jalan tol. Dan nggak ada ilalang, adanya rumput jepang yang rapi jali, ada tukang kebunnya lagi.
Well, I’m ROOT no more. But I’m living in more wealthy environment now. More time to relax, more time to have fun with my family.


Legend:
Rumah: Web server
Pajak: Hosting fee
Tanah: Harddisk space
Tebang Pohon: Pasang harddisk baru
Bangunan: Program, aplikasi, scripts, modul, de el el
Container: Downloads
Pagar: Firewall
Maling: Intruders, hackers
Rusak: Virus, hardware failure
Jalan: Internet connection
Parang: Mulut bawel, email complain, de es be
Ilalang: Birokrasi kantor
Apartemen: Web hosting shared
Meter persegi: Mega bytes
Tembok: Space quota
Furnitur: *.jpg, *.png
Satpam: Spamassassin dan konco-konconya
Jalan tol: Traffic bandwidth 2 GBytes
Rumput jepang: Aturan main web hosting
Tukang kebun: Technical support

2 thoughts on “Pindahan “RUMAH””

  1. asli enakan rumah yang ini, bisa dibuka dari kompiku soalnya 🙂 yang lama gak bisa blas, ga tau napa. dulu musti numpang ke kompi teman baru bisa mampir. slamat ya punya rumah baru.. hehe..

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Scroll to Top