The Power of “Sorry”

Kemarin malam saya “marah” sama Yanty soal makanan. Not a principal thing, but I made it so. Akhirnya kami diam-diaman semalaman. Yg pertama setelah beberapa tahun. Sebenarnya emosi saya sudah reda malam itu, tapi sudah jam sebelas malam dan Yanty sudah tidur.
Bangun pagi serasa di mess tentara. Yanty masih mendiamkan saya.
“Ke pasar nggak?” tanya saya.
“Kasih mam Sisi dulu”. Saya kembali tidur. Jam tujuh pagi dia membangunkan saya.
“Ayo” katanya singkat, masih ketus. Saya bangun, keluar kamar, sikat gigi, cuci muka, dan “Dah, yuk”.
“Ya keluarin mobil sana”, gee… masih kecut.
Sambil memanaskan mesin mobil saya berpikir ini harus segera diselesaikan. Yanty masuk mobil, saya bisa melihat mukanya jelas, masih berlipat, marah.
“Say, aku minta maaf ya. Kemarin marah-marah”.
“Ya” jawabnya dan mukanya langsung berubah dan sedetik setelahnya kami sudah mengobrol soal pot bunga tetangga.
Allah memberikan satu kata istimewa untuk menyelesaikan segala sesuatu, tapi kadang kita melupakannya.

2 thoughts on “The Power of “Sorry””

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Scroll to Top