Satuan kilometer rasanya sudah tidak relevan lagi di Jakarta, lebih baik diganti dengan menit… eh… jam saja. Bilang ke sebelahmu, “saya tahu apa yang penulis maksud”… 😀
Jarak rumah saya ke Mal Puri Indah jauh lebih dekat daripada jarak rumah saya ke Mal Ambasador. Tapi kalau disuruh memilih untuk jalan-jalan hari Sabtu, saya jelas memilih di Ambasador karena memerlukan waktu lebih singkat untuk mencapainya daripada saya mesti berjibaku melalui outer ring road. Jalan memang menjengkelkan, seperdelapan waktu saya ada di jalan menginjak pedal gas, rem, dan kopling yang semakin lama semakin berat saja. Tapi itu konsekuensi hidup di Jakarta. Nggak mau? Pindah saja, jangan bikin KTP Jaya Raya.
Beberapa tahun yang lalu saya diberi kesempatan untuk hidup di negeri singa. Menikmati keteraturannya, sampai saya jenuh sendiri. Terlalu monoton? Hee… sampai saya menolak tawaran “membelot” ke client. Sekarang? Entah. Ada sedikit rasa kecewa dengan keputusan saya dulu. Tapi buat apa? Lebih baik melihat ke depan, bukan?
Dari dulu rencana office move untuk mengurangi overhead sudah lama bergaung, tapi tak kunjung terealisasi. Saya pribadi “harus” setia kemanapun kantor ini pergi, soalnya resign karena alasan lokasi untuk saya saat ini adalah sama sekali tidak masuk akal. Yang lain? Silakan. Saya sudah mati rasa dengan turnover.
Komentar