Tahu sih, kalau masih banyak para tetua di sekitar saya yang “enggan” dipimpin, dikepalai, apalagi diperintah sama orang yang lebih muda. Eh, ini bukan cerita tentang saya (tak ada yang meragukan kesenioritasan saya dengan rambut putih begini… hehehe…), ini cerita tentang teman saya yang sudah mengambil risiko besar untuk menangani organisasi berskala nasional yang tadinya tak ada giginya untuk mengurus area-area dibawahnya.
Beberapa bulan… ehm… sudah setahun kah…? memimpin di sana, membuat “hampir” segalanya in order. Buat saya organisasi in isudah jauh lebih baik daripada sebelumnya. Visi misinya juga sudah lebih jelas. Membuktikan bahwa perombakan yang dilakukan teman saya “berada di jalan yang benar” (ugh… kaskus banget!)
Cuman, seperti pendahuluan saya di atas tadi, ada beberapa orang yang saya tahu, masih menganggap teman saya ini anak bawang, anak kemarin sore. Tidak layak untuk dimintai ijin. Mereka (beberapa orang tadi) potong kompas, merujuk ke orang lain (sebut “B” saja ya) yang digantikan oleh teman saya. Lho… padahal mereka juga tahu kalau si-B sudah tidak memegang operasional lagi. Hem… kasihan sama teman saya? Nggak lah. Dia tidak butuh kasihan, dia perlunya teman. Dan teman akan selalu mendukung kalau “di jalan yang benar” Tul kan?
Hee…. saya masih mangkel dengan orang-orang berpandangan “picik” itu…
Apakah ini organisasi nirlaba itu? (nebak mode: *on*)
Iya kale… aku ga bisa nebak tebakanmu soale… wkwkwkwk…