Daun Kering
Kemarin ternyata bengkel sukses menggantinya dalam sekejap. Sampai rumah, saya amati ternyata patahannya sudah berkarat, dengan kata lain patahnya sudah cukup lama. Deu… Kapan? Kenapa? Jelas tak akan terjawab.
Kemarin ternyata bengkel sukses menggantinya dalam sekejap. Sampai rumah, saya amati ternyata patahannya sudah berkarat, dengan kata lain patahnya sudah cukup lama. Deu… Kapan? Kenapa? Jelas tak akan terjawab.
“Pak, per daunnya nggak bisa beli satu doang, mesti set, harga 700 ribuan”. Deu… deu… Kalau mikir cepet saya pasti bilang, “Biarin, yang bayar kantor ini”. Tapi ini kan kantor saya? Hehehe… Akhirnya mesti dibawa ke bengkel juga, diakalin or diganti satu lembar doang. Jadi, besok kayaknya masih naik TiJe...
Dua hari lalu saya pulang lewat Taman Ratu. Air menggenang di jalan membuat saya menyetir perlahan. Genangan sedikit pun bisa membuat Espass terbatuk-batuk (jadi inget pernah mogok di lajur kanan tol dalam kota… ngeri…). Jelas tak hapal lubang di jalan, ada satu yang rasanya cukup besar. Roda depan masuk cukup...
Sayapun masih menghitungnya dengan jari tadi malam sebelum membisikkannya di telinga Yanty sebelum tidur. Masih sedikit, takut salah, membuyarkan romantisme yang sudah dibangun… 😛 Di lain sisi, enam tahun itu tak juga cepat. Enam tahun yang tak bisa dibilang gampang, hanya karena Allah saja kami bisa bertahan. Banyak cerita, kalau...
Beberapa minggu lalu saya menemukan ketikan kartu ulang tahun buat Yanty, yang ke dua puluh tiga! Wow, masih muda sekali kami waktu itu ya, mengingat sekarang sudah tiga puluh empat tahun. Pertama kali kami bertatap muka itu di depan kampus, depan gedung DMU (Dept. Matakuliah Umum). Yanty menunggu saya jemput...
Tiup lilinnya… tiup lilinnya… Potong kuenya… potong kuenya… Peluk Sisi… yang “diculik” dari kelas sebelah Gantian dipeluk Miss Evi Kado… With the girls…” With the boys…”
Ternyata saya ndak kuat kalau mulai nyetir luar kota dengan start jam 9 malam. Sampai lokalan Brebes saya “pingsan” 30 menit di pom bensin terdekat, habis itu kebut lagi. Sampai Semarang jam 7an kali, trus bablas nganter pengasuhnya anak2 pulang dulu ke pucuk Kopeng. Dinginnya menusuk kulit, tapi saya turunkan...
Akhirnya aku punya keponakan juga…” celetuk Yanty. Well, di keluarganya memang penyumbang keponakan terbanyak memang dari kami: 2 😀
Komentar